Seperti hari-hari sebelumnya, rutinitas Ramadhan kali ini kujalani. Memasuki bilangan belasan, semakin banyak daftar menu jajanan yang siap mengisi meja di ruang tamu. Berbanding terbalik dengan jumlah jamaah tarawih yang berguguran satu per satu. Jangan suudzon dulu. Ada yang sedang terima tamu bulanan, pergi ke luar kota, atau sedang menghadiri undangan buka bersama. Intinya mushala tak sepenuh hari pertama. Itu saja.
Entah ramadhan kali ini, tak banyak target yang ingin kucapai. Niat hati ingin khatam membaca Qur'an berkali-kali, tetapi melihat senyum sumringah bayi tiap melihat mushaf coklat di tangan seolah membuatku meleleh. Dari jauh ia akan merangkak dengan kecepatan penuh. Meraih tangan dan bahuku, kemudian dilanjutkan menguasai kitab yang kupegang. Mulutnya kecilnya ikut bergumam bahasa planet yang belum berhasil kukuasai. Daripada belajar bahasa bayi, membuat bayi belajar bahasa orang dewasa itu lebih logis. Melihat bayi bahagia dengan mushaf akhirnya membuatku merapal doa, semoga ia kelak menjadi ahli Qur'an.
Begitu pula dengan amal harian. Terlalu idealis mengejar bilangan rasanya tak logis bagiku. Sholat wajib tepat waktu, syukur alhamdulillah masih bisa menunaikan yang sunnah. Sepanjang Ramadhan ini saja baru sekali bisa ikut berjamaah tarawih lengkap hingga Witir. Ini prestasi luar biasa. Kemana si bayi? Diam-diam sibuk main kabel di samping imam sholat yang tak lain Mbah Kakung-nya.
Ramadhan dengan bayi yang sedang aktif-aktifnya memang membuat bahagia. Setiap hal sederhana begitu berharga. Namun sama saja seperti para pelaku puasa pada umumnya, waktu berbuka rasanya sangat istimewa. Selepas Ashar menyiapkan hidangan ini itu, tak terasa waktu maghrib kurang dari satu jam lagi. Saatnya bersiap membersihkan diri, sebelum adzan yang dinanti.
Pernah janjian ketemuan tetapi gagal di tengah jalan? Mungkin begitu kiranya kedatangan tamu saat menunggu buka puasa. Antara sebal, marah, gemas, akhirnya yang terucap "alhamdulillah". Bagaimana tidak? Bukankah kesempatan buka puasa datang lebih awal. Meskipun artinya wajib mengganti di hari lain.
Dan pada akhirnya aku pun menjadi pelaku yang mengurangi jumlah jamaah tarawih malam nanti.
#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe15
#IbuProfesionalMalang
#HariKe15
Komentar
Posting Komentar