Langsung ke konten utama

CAMILAN RABU 3.3

Cemilan Rabu Materi #3
05 April 2017

POTENSI KECERDASAN MANUSIA DALAM MERAIH KESUKSESAN HIDUP (bagian 2-habis)🏵

Ketika diskusi terkait kecerdasan, biasanya yang sering disebut adalah kecerdasan intelektual (IQ), dan emosional (EI). Apakah berbekal IQ dan EI saja anak mampu meraih sukses? Jawaban atas pertanyaan ini sungguh bersifat relatif, bergantung apa dan bagaimana ukuran serta definisi sukses. Jika kesuksesan seorang anak manusia dimaknai sebagai kemampuan menciptakan sesuatu yang berguna bagi umat manusia, maka berbekal IQ dan EI saja tidaklah cukup.

📌Tahun 2000, Psikolog *Danah Zohar* dan suaminya *Ian Marshall* memunculkan kecerdasan “baru” yaitu *kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient/SQ)*. Apa itu Kecerdasan Spiritual? Melalui bukunya berjudul _SQ: Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence_, yang diterbitkan di London Januari 2000, dan sudah diterjemahkan (dan diterbitkan) dengan judul _SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan_, oleh Mizan (2001), Danah Zohar dan Ian Marshall mendefiniskan *kecerdasan spiritual (SI)* adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna (value), yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SI adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EI secara efektif. Bahkan SI merupakan kecerdasan tertinggi.

Menurut Khavari, ada beberapa  *aspek  yang menjadi dasar kecerdasan spiritual*, yaitu:
1. Sudut pandang spiritual-keagamaan, artinya semakin  harmonis relasi spiritual-keagamaan kita kehadirat Tuhan,  semakin tinggi pula tingkat dan kualitas kecerdasan spiritual kita.

2. Sudut pandang relasi sosial-keagamaan, artinya kecerdasan  spiritual harus direfleksikan  pada  sikap-sikap sosial yang  menekankan  segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial.

3. Sudut pandang etika sosial.  Semakin beradab etika sosial  manusia semakin berkualitas kecerdasan spiritualnya.

Zohar mengidentifikasikan *sepuluh kriteria mengukur kecerdasan spiritual* seseorang, yaitu:
1. Kesadaran diri
2. Spontanitas, termotivasi secara internal
3. Melihat kehidupan dari visi dan berdaar nilai-nilai fundamental
4. Holistik, melihat sistem dan universalitas
5. Kasih sayang (rasa berkomunitas, rasa mengikuti aliran kehidupan)
6. Menghargai keragaman
7. Mandiri, teguh melawan mayoritas
8. Mempertanyakan secara mendasar
9. Menata kembali dalam gambaran besar
10. Teguh dalam kesulitan

*Ciri-ciri dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang* dalam diri seseorang adalah sebagai berikut  (Zohar, 2001):
1) Kemampuan bersifat fleksibel
2) Tingkat kesadaran diri tinggi
3) Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4) Kemampuan menghadapi dan melampaui rasa sakit
5) Kualitas hidup diilhami visi dan nilai-nilai
6) Enggan menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan berbagai hal
8)Punya kecenderungan bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika" untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
9) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan hal yang umum.

Kecerdasan spiritual bersumber dari fitrah manusia itu sendiri. Kecerdasan ini merupakan aktualisasi fitrah manusia itu sendiri. Ia memancar dari kedalaman diri manusia, karena dorongan keingintahuan yang dilandasi kesucian , ketulusan, dan tanpa pretensi egoisme. Kecerdasan ini akan aktual jika manusia hidup berdasarkan visi dasar dan misi utamnya sebagai hamba Allah sekaligus khalifatullah di bumi.

Dari sini, bisa dipahami mengapa ulama-ulama besar zaman dahulu dengan teknologi yang masih sangat terbatas mampu melahirkan karya-karya yang tak lapuk besar yang tak lapuk dimakan zaman. Sebut saja Jabir Ibn Hayyan yang dikenal sebagai Bapak kimia. Ibn Sina yang karya fenomenalnya al-Qanun fi al-Tibbi menjadi rujukan utma ilmu kedokteran di Eropa selama berabad-abad.
Karya yang dihasilkan dari pancaran kecerdasan spiritual merupakan luapan pendaran cahaya dan karunia Ilahi dalam inti eksistensi diri manusia. Faktor-faktor eksternal hanyalah pendukung dari proses aktualisasi kecerdasan yang ada.

Namun pada zaman sekarang ini terjadi krisis spiritual karena kebutuhan makna tidak terpenuhi sehingga hidup manusia terasa dangkal dan hampa. Menurut Lisa Kumalanty, ada *tiga sebab yang membuat seseorang dapat terhambat secara spiritual*, yaitu (1) tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama sekali,
(2) telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak proporsional, dan (3)bertentangannya/buruknya hubungan antara bagian-bagian.

Untuk mengatasi krisis spiritual menurut Danah dan Ian dengan memberikan *“Enam Jalan Menuju Kecerdasan Spiritual yang Lebih Tinggi” dan “Tujuh Langkah Praktis Mendapatkan SQ Lebih Baik”.*
Enam jalan tersebut yaitu
1) jalan tugas,
2) jalan pengasuhan,
3) jalan pengetahuan,
4) jalan perubahan pribadi,
5) jalan persaudaraan, dan
6)  jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian.

Sedangkan Tujuh Langkah Menuju Kecerdasan Spiritual Lebih Tinggi adalah
(1) menyadari di mana saya sekarang,
(2) merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah,
(3) merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling dalam,
(4) menemukan dan mengatasi rintangan,
(5) menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju,
(6) menetapkan hati saya pada sebuah jalan,
(7) tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.

*Kiat-kiat mengembangkan SI anak*
(1) Jadilah kita fasilitator dan teladan yang baik,
(2) bantulah anak merumuskan misi hidupnya,
(3) baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita,
(4) diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah,
(5) libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan,
(6) bacakan kisah perjuangan tokoh spiritual
(7) bawa anak untuk menikmati keindahan alam,
(8) ajak anak berinteraksi dengan orang yang memiliki keterbatasan, dan
(9) ikutsertakan anak dalam kegiatan sosial.

Mereka yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi akan mampu memaknai setiap peristiwa dan masalah yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Dengan memberi makna yang positif, mereka akan mampu membangkitkan jiwanya untuk bersikap dan bertindak secara positif pula. Dan kecerdasan ini juga memungkinkan manusia untuk berpikir secara kreatif, berwawasan jauh kedepan, intuitif, tambah cerdas dan semakin berkesadaran.
Oleh karenanya, bagi mereka yang telah menggunakan kecerdasan spiritualnya, mereka akan menjadi pribadi yang kreatif, intuitif, bisa menerima segalanya secara apa adanya, dan hidupnya akan berbahagia.

📚Sumber bacaan

2005, Ach Saifullah dan Nine Adien Maulana, Melejitkan Potensi Kecerdasan Anak, Yogyakarta: Katahati

https://www.google.co.id/amp/s/masthoni.wordpress.com/2012/01/25/kecerdasan-spiritual/amp

http://ummahattokkyo.tripod.com/duniaanak/kecerdasan_spiritual_anak.htm

http://www.kajianpustaka.com/2014/01/kecerdasan-spiritual.html

e-thesis.uin-malang.ac.id>08410107_Bab II

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Bahagia RD 2023

 Bismillahirrahmanirrahim...  Sepertinya sudah terlalu lama saya tidak menulis di blog ini. Tiba-tiba 2023 sudah sampai di penghujung Desember, jadi kita akan langsung membuat selebrasi atas perjalanan setahun ini bersama Rinjing Destock.  Video Pecha Kucha & Ebook Story Of Success RD 2023 Video Portofolio RD 2023 di YouTube Rinjing Destock Garis besarnya sudah saya rangkum di Video Pecha Kucha: Portofolio RD 2023 yang bisa kalian simak di sini .  Selain video, kami juga membuat rangkuman perjalanan dalam bentuk e-book. Dari susunan tata letak /layout ebook ini saya belajar banyak menerapkan prinsip-prinsip desain. Bagaimana agar warnanya kontras, bagaimana agar informasi penting dapat diberi penekanan, bagaimana menerapkan keseimbangan, dst. Belum sempurna memang, tetapi sedikit banyak saya merasa ada progress dibandingkan dengan ebook sebelumnya yang pernah saya susun.  Saat menyusun ini, rasanya campuran antara bahagia, lega, bangga, lelah, heran juga RD ...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...