Langsung ke konten utama

BAHASA #RBI3

BAHASA

Malang, 02 Juni 2017
D. M. Sesanti &  Farzana (2y10m)

Beberapa hari ini Ananda banyak mengulang aktivitas yang pernah dilakukan, seperti melukis, mewarnai, membaca buku, dsb. Terlebih saat melihat bunda melakukan aktivitas yang menurutnya menarik, pasti langsung mendekat sambil bertanya: "Itu apa bun?". Seperti saat bunda mau memasak lele, si kecil ikut nimbrung sambil mengamati dan bercerita, ditutup dengan "Oo.. Ikan lele.. Farza suka makan lele..".

Kata ayah, lebih "cewek" karena menunjukkan potensi 20.000 kata. Kegiatan bicara ini selalu membuat mata ananda berbinar, "read aloud", bercerita pengalaman, serta menjelaskan sesuatu (entah hasil gambarnya, kreasi mainannya, dsb).

Beberapa hari ini, ananda mulai bisa melafalkan "R" di beberapa kata. "ES KRIM", "TRUK", "KRUPUK" dan beberapa kata yang memiliki huruf R setelah konsonan. Girang bukan main, bahkan huruf L pun kadang berubah diucapkan R: "COKLAT" menjadi "COKRAT". Dan PR lagi bagi kami, bersiap untuk memberitahukan pengucapan yang benar. Setelah banyak berlatih, kini beberapa huruf R juga muncul di tengah dan akhir kata yang terdapat huruf R.

Satu lagi hal menarik ketika pergi ke kampung sapi (01-06-2017), kesempatan emas untuk mengasah beragam fitrah-nya. Matanya berbinar saat melihat sapi, mengamati sapi: dari warna, suara, bagian tubuhnya, ukurannya, makanannya, dsb. Saat dia terkagum-kagum, dengan lantang dia menjawab "ALLAH" yang menciptakan sapi. Kami pun ngobrol tentang buku favoritnya:
B: "Sapi disebutkan di Al Qur'an nggak?
F: "Ada.."
B: "Surat apa?"
F: "Al-Baqarah. "
B: "Artinya apa?"
F: "Sapi betina."
Ananda pun memberi makan sapi, awalnya menolak tapi setelah melihat ayah mencontohkan justru tidak mau berhenti. Begitu pula saat main di tempat outbond mini, baru mau saat dirasa aman. Salah satu khasnya ananda, tipe "waspada" sekaligus visual. Baru mau melakukan saat sudah melihat/merasakan.

Dari satu aktivitas ini, kami dapat melihat fitrah belajar, fitrah keimanan, fitrah fisik&indera, dst. Semua lebih mudah dibangkitkan dengan #bahasaibu yang mulai bertumbuh di usia ananda saat ini. Alhamdulillah, semoga Allah senantiasa menjaga fitrah anak kami hingga menjadi anak Sholihah penyejuk mata &  hati kami.

#DiawinasisMawiSesanti
#Post3
#RuangBerkaryaIbu
#IIPMALANGRAYAJATSELA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...