Langsung ke konten utama

TANTANGAN 5.9

Tantangan 5.9
Diawinasis M. Sesanti
Trenggalek, 16 Juni 2017

Alhamdulillah, STOCK buku yang dibawa mudik semakin menipis. Judul yang belum dibaca tinggal hitungan jari. Dan artinya, bersiap mengulang lagi dan lagi buku yang sudah dibaca.

Hari ini daun di pohon literasi Farza nambah 1 lembar, bukunya cukup menarik karena ada gambar kambing dan buah anggur.
*Kisah Dua Orang Nabi, Kambing-Kambing dan Kebun Anggur :
Hayo ini cerita Nabi yang mana? Yang ngajinya sudah khataman berkali-kali di Ramadhan kali ini, pasti sudah ketemu cerita ini di dalam Al-Qur'an.
Ceritanya memang cukup "berat" untuk batita, tentang putusan kedua Nabi yang diberikan pada pemilik kambing yang telah merusak kebun anggur. Jadi kami bahas saja kambing dan kebun anggurnya.
B: ini gambar apa kak?
F: apa itu?
B: kambing
F: Ooo kambing..
B: Jadi ini kambingnya pas malam jalan-jalan, terus malam-malam merusak kebun anggur.
F: kenapa kok merusak?
B: Soalnya nggak masuk kandang, jadi kemana-mana nyari makan.
Konsep kambing ternak yang Farza tahu, ya di kandang dikasih makan pemiliknya, seperti punya Mbah Kakung. Mungkin lain waktu bisa ke tempat yang kambingnya di-angon bebas.

Setelah banyak menghabiskan waktu bersama membaca buku, jelas sekali ada banyak kosakata baru yang dipakai Farza berbicara. Saat bunda sedang sibuk beraktivitas lain, ananda sudah mulai mengambil buku sendiri. Kemudian  "membaca gambar"nya seperti menirukan bunda membaca buku.

Mulai kena virus membaca nih. Bunda masih di buku yang sama, hanya bertambah beberapa lembar. Sedang semangat membaca lagi materi di RBI, terlebih kemarin ada kulwap dengan Ibu Septi Peni Wulandani. Semakin belajar, semakin bingung dan ternyata perlu belajar lagi, baca lagi.

#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang