Langsung ke konten utama

HE Griya Wistara: Profesi dari Film

Bismillahirrahmanirrahiim,

Alhamdulillah kakak sudah sehat kembali dan beraktivitas seperti biasanya. Nah sekarang giliran adik yang semalam panas dan mulai muncul bintik-bintik di kulitnya. Sepertinya kami harus isolasi mandiri tidak hanya berkaitan dengan virus covid-19 tetapi yang di depan mata dihadapi saat ini justru virus yang menyerang kulit. Semoga lekas sembuh adik. Sepertinya kakak kemarin yang pertama demam tetapi tidak muncul di kulitnya karena sebelumnya sydah pernah terkena roseola infantum di usia 8 bulan, sedangkan adik belum pernah.

Terimakasih kakak, sudah Mengaji Ummi jilid 4 hal 13, olahraga pagi, membantu bersih-bersih mengelap kaca jendela, dan sholat dhuha.



Sore harinya kita nonton bareng Film Zootopia tentang seekor kelinci yang bercita-cita menjadi seorang polisi. Dia pantang menyerah, tidak peduli dengan bully-an orang dan stigma bahwa kelinci itu hewan lucu yang tidak berbakat menjadi petugas kepolisian. Akhirnya ia pun berhasil menjadi polisi kelinci pertama di Zootopia, sesuai tag line kota tersebut "anyone can be anything".



Ada banyak profesi di film ini:
*Petani (Orangtua Judy Hoops)
*Pedagang (Nick si Rubah)
*Pemilik toko (Gajah, pemilik toko Es Krim Kudanil pemilik toko sayuran yang kemalingan)
*Instruktur yoga (Nangi si gajah)
*Supir (Mr Manchas si macan)
*Petugas pemerintah (Flash, Pricilla si sloth)
*Polisi (Cheetah, Banteng, Badak, dkk teman-teman Judy Hoops)
*Pemilik apartemen
*Body guard (Beruang, serigala)
*Penyanyi (Giselle si antelop)
*Walikota (Singa)
*Peneliti (Di lab tempat mengurung hewan yang terkena night howler)
*Guru (Pengajar di sekolah polisi)

Ada yang mau menambahi? Boleh tinggalkan jejak di kolom komentar.

Wah, pasti seru sekali mengupas bakat tiap karakter di film Zootopia ini. Apalagi dikaitkan dengan Pandu 45 dan bahasa bakatnya. Serigala yang dominan strategic ternyata bisa dikelabuhi, singa yang command ternyata bisa salah ambil keputusan, apakah Judy Hoops dominan positivity???

Griya Wistara

  1. Mlg, 29-03-2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...