Langsung ke konten utama

HE Wistara#1: Benda Padat (3) Kolase Masjid dari Biji-bijian

Bismillahirrahmanirrahiim.

Alhamdulillah memasuki hari ketiga belajar di rumah, kali ini tugas dari sekolah masih seputar benda padat. Hemmm... Sedari pagi sudah ditodong pertanyaan: "Hari ini kita mau asik-asik ngapain?"



Oiya, terimakasih kakak Wistara sudah bangun pagi, sholat subuh, mengaji Ummi jilid 4 halaman 3, hafalan surat al-Lail: 1-3. Setelah mandi pagi, kita bisa sarapan bareng, sholat Dhuha lalu olahraga dengan ayah. Pokoknya hari ini kita bahagia bareng #staysafestayathome semoga wabah covid-19 segera berlalu (Aamiin).


Nah, ini dia yang paling ditunggu-tunggu kakak. Dari tadi semangat banget tanya mau pake biji apa aja untuk membuat kolase. Bunda sengaja browsing dulu beberapa gambar masjid, kakak yang memilih. Setelah beberapa kali bunda tawarkan, kakak tetap memilih yang berkubah bulat dengan dua menara di sampingnya. Kemudian bunda coba membuat sketsa yang mirip untuk ditempeli dengan biji-bijian. #selfassurance

Alat&bahan:
-Worksheet masjid
-Lem putih
-Biji-bijian (kami memakai beras, kacang hijau, dan biji bunga matahari)

Cara membuatnya cukup mudah, tinggl ratakan lem ke bagian yang akan ditempeli, taburkan biji, tekan. Lanjutkan hingga semua bagian gambar telah rata ditempeli biji-bijian.


Kakak terlihat sangat antusias, berbinar saat melakukan prosesnya. Tampak perlahan-lahan dan hati-hati menempelkan biji-bijian. Bunda yang juga ikut membuat kolase tertinggal jauh. #deliberative

Karena kakak selesai lebih dulu, "Aku nomor satu, Bunda nomor dua".  #competition

Alhamdulillah, sampai jumpa di asik-asik berikutnya.

Malang, 18 Maret 2020
Griya Wistara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang