Langsung ke konten utama

Alir Rasa Tahap Ulat-ulat

Alhamdulillah...

Terimakasih untuk pengalaman luar biasa, belajar di Intitut Ibu Profesional. Kali ini saya ingin memberi apresiasi untuk diri sendiri karena sudah berhasil melewati 8 pekan yang istimewa di kelas Ulat-ulat.

Pekan 1 Serunya pekan pertama, mencari makan secara konvensional. Cari sendiri sesuka hati mau makan apa, dengan cara kita mau. Kemudian membagikannya kepada orang lain dalam bentuk tulisan review singkat.

Pekan 2  Sharing dalam bentuk suara dan cahaya. Apa yang dibagikan lebih bermakna karena sesuatu yang sudah dilakukan, bukan sekedar apa yang kita tahu.

Pekan 3 Saatnya berkolaborasi, mencari teman-teman yang memiliki topik belajar yang sama dan bergabung menjadi keluarga. Berlomba saling berbagi apa yang telah dimiliki, bingah sesarengan.

Pekan 4 Semakin kaya lewat belajar bersama. Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan dari keluarga Talents Mapping.

Pekan 5 Mencari teman baru yang belum pernah dikenal sama sekali. Belajar berjejaring tak hanya berkumpul dengan teman se-regional, teman se-topik belajar, tetapi membuka hati untuk mengenal teman lain. Apakah sudah menemukan menu makanan? Apakah sudah cukup makan? Sambil ikut bergabung dengan keluarga KePeDesan yang bahagia.

Pekan 6 Bertukar hadiah ini menjadi momen bahagia sekali. Kita memberi sekian, orang lain memberi lebih banyak dan beragam.

Pekan 7 Refleksi, saatnya memungut isi keranjang dan mengelompokkan hasil belanja ilmu dan gagasan selama ini.

Pekan 8 Mencari Buddy, bertukar alir rasa dan saling mendukung untuk melewati tahapan berikutnya.

Level Bunda Cekatan

Para penikmat game pasti familiar dengan  tantangan agar bisa naik dan membuka level berikutnya. Inilah kenapa saya lama uninstall game di HP, karena main game di kelas Bunda Cekatan lebih seru dan bahagia.

"Apa yang akan saya makan?"

🍇🍉🍊🍌🍎🍓🥝🥑

Pertanyaan ini seharusnya sudah terjawab di level telur-telur. Saat masuk tahap ulat-ulat, saatnya memasuki hutan pengetahuan. Ada apa saja di sana? Segala rupa-rupa menu bisa kita nikmati. Banyak ilmu menarik yang menggoda, dan kita bebas untuk belajar apa saja. Di sini yang perlu dipegang kuat-kuat: peta belajar dan mantra "menarik tapi tidak tertarik". Meskipun pasti ada keinginan untuk ngemil di luar kebutuhan (peta belajar). Saat godaan begitu kuat, membuka telur hijau-merah-orange cukup mengingatkan kita strong why memilih peta belajar yang telah dibuat.

"Bagaimana cara kita mendapatkan makanan?"

Kita bebas mencari sendiri, diskusi bersama teman, mencari guru, dst. #siapa

Kita bisa belajar sambil duduk anteng sendiri baca buku, bareng temen diskusi, ngicip potluck ilmu dari teman, ikut kursus, ikut seminar/workshop, ikut kelas khusus, belajar lewat coretan, video, go live, atau apapun itu. #dimana

Kita juga boleh memilih waktu belajar, apakah secara langsung menyimak live materi, apakah siaran tunda menunggu kuota malam, apakah cara cepat atau perlu waktu diendapkan, sesuai dengan kemampuan masing-masing. #kapan

Banyak cara tersaji, dan kita bebas menentukan mana yang paling gue banget! Sesuai dengan tag-line Bunda Cekatan: Belajar merdeka, merdeka belajar.

Banyak kesempatan belajar yang ada di depan mata, sempat menyesal kenapa tidak mencoba masuk ke setiap keluarga lalu belajar lebih banyak hal minimal keluarga yang ada di setiap topik di peta belajar. Namun kembali, sadar diri dengan kemampuan belajar dengan waktu sekian apakah efektif mempelajari begitu banyak ilmu? "Butuh atau hanya sekedar ingin, takut nggak update (FOMO)?"

Potluck

Ternyata dengan berbagi, kita justru mendapatkan lebih banyak. Bukan malah kekurangan. Level membawa potluck adalah hal yang paling membekas untuk saya pribadi:

1. Buat makanan kesukaanmu, jika tak ada teman yang mau makan maka kita sendiri yang habiskan.
2. Bawa makanan kesukaanmu, berkumpul dengan teman se-selera kemudian nikmati bersama.
3. Bawa makanan kesukaan temanmu, buat atau beli kemudian berikan dengan hati.

Terimakasih IIP, memfasilitasi kami mencicipi beragam cara belajar. Berikutnya insya Allah kami akan melewati tahap kepompong yang masih menjadi misteri, kejutan apalagi yang akan kami terima? Bismillah, semoga Allah SWT beri kemudahan... Dan jangan lupa BAHAGIA!

Diawinasis M Sesanti
IP Malang Raya
3119331323

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...