Langsung ke konten utama

30 menit lebih dekat #korwil7

⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰

⏰ 30 menit lebih dekat ⏰

���� Guest Teacher : Ibu Septi Peni Wulandani
���� Fasilitator : Rindu R

�� Korwil 7
��25 November 2016
⏰ 20.00-20.30 wib

✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏✏

���� Resi utami
Bu Septi boleh nanya2:
Bagaimana caranya menentukan kurikulum yg berbeda sesuai minat anak2 dengan umur anak2 yg beda2 pula? Sedangkan yg mengajarkan di rmh hanya ibunya saja.
����➡ Mbak Resi, jangan pikirkan kurikulum dulu, yang pertama kali harus mbak lihat adalah sisi keunikan anak-anak, hal apa yang membuat matanya berbinar, gaya belajar apa yang paling dominan di anak-anak kita saat ini. Setelah paham profile anak masing-masing, baru mulai buat menu belajarnya, mulai dari yang kita bisa dulu.  Setelah itu bertahap.✅

����wenda swords
Bu septi...kalau selama ini saya banyak tanya Di grup untuk diskusi Kali ini saya mau minta didoakan untuk saya Dan teman2 di grup keren ini bisa tetap semangat mengaplikasikan NHW kita dalam kehidupan sehari2...��terimakasih bu sebelumnya saya sangat senang bisa belajar banyak Di grup keren ini����
����➡ Aamiin saya doakan terus mbak Wenda, karena prinsipnya adalah kerjakan dan tuliskan kembali pengalaman belajar mbak di IIP ini .

Menuliskan kembali pengalaman belajar di Institut Ibu Profesional ini adalah sarana para Ibu untuk menemukan kembali hakekat ilmu yg dicari agar bisa mengajar  diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengajarkannya kepada orang lain.

Karena,

Barangsiapa mau menjadi guru,
biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri
sebelum mengajar orang lain,

dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.

Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan memperbetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri
lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan

daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
dan memperbetulkan perbuatan-perbuatan orang lain.

����Permai sari (Melly)
Melly_Jerman
Apakah saat bu Septi melakukan HS pada anak-anak sewaktu kecil, pernah ada perasaan was-was anak tidak sesuai dengan „track“ nya atau ada terbesit perasaan bagaimana nanti, apakah ini yang terbaik buat anak-anak, dsb. Lalu bagaimana mengendalikan perasaan tersebut? Biasanya perasaan ini akan makin menjadi jika ada tambahan bumbu dari lingkungan yang tidak mendukung, walaupun berusaha untuk menganggap angin lalu saja.
����➡ Mbak Melly, tentu mbak, karena saat itu kami sedang melawan arus, pasti jalannya berat dan banyak rintangan. Tapi justru situasi seperti itulah yang membuat kami jadi tim kuat saat ini. Ditempa terus. Sehingga Saat itu kalau ada godaan kami selalu bilang "Selama Allah dan RasulNya tidak murka, jalan terus"

dan tagline ini sampai mendarah daging di anak-anak

GOOD is not enough anymore, we have to be DIFFERENT✅

����Latifah Azkari
Bagaimana cara mengolah rasa ya Bu, saya tipe gampang sedih, kadang sampe trbaca anak2 dan klao mereka berusaha mngibur, saya malah tambh sedih.  Terimksh..
����➡ alirkan mbak latifah, jangan ditahan ya , nanti jadi bendungan rasa, kalau jebol bisa banjir. gunakan cara yang mbak latifah banget ( gue banget)

����rindu
Kalo boleh share cara gue banget versi bu septi seperti apa? ����

����➡ hahaha kalau dulu di awal menikah, lari ke kamar mandi, nyalain kran air, nangis. Shg indikator pak dodik, kalau lihat tagihan PAM tinggi, artinya hati istrinya sedang tercobak cabik huhuhu. Kalau sekarang lebih cerdas, makin galau harus makin produktif, makin sering nulis, makin sering berkarya.✅

����Arlisa Febriani
Ibu, sy pernah baca pengalaman ibu menceritakan mimpi2 ibu kepada org2 tdk dikenal spt di kereta/stasiun dsb, boleh diceritakan bgmn proses menyiapkan mental Ibu utk melakukan hal ini?

arlisa_lund
����➡ hehehe, iya mbak arlisa, kami punya gulungan mimpi. kertas flipchart yang berisi mimpi kami. Prinsip yang saya pakai DREAM It, SHARE It, DO It dan GROW It. Jadi kalau udah mimpi harus share ke sebanyak mungkin orang agar tahu berapa kali kita dicemooh, berapa kali ditolak, berapa kali dicuekin, dan itu kami sebut sebagai KUOTA GAGAL.

����Endang Prasdianti
maksudnya kuota gagal apa, bunda?
����➡ kuota gagal adalah berapa jumlah kegagalan yang diri kita sanggup menanganinya sampai berhasil. Dengan sering praktek nanti bakalan paham mbak. Misal saya melihat kuota gagal saya adalah 7 kali. Maka kalau gagal baru satu kali, justru tepuk tangan, asyiiiiiiik tinggal 6 lagi, terus seperti itu.
����wenda swords
Contoh kecil dong bu...Masih belum paham?
����➡ misal saya punya ide, saya share kan ke mbak wenda, eh ditolak, saya happy, karena kuota gagal saya yang tadinya rata-rata 7 kali tinggal 6. terus saya share kan gagasan saya ke mbak endang, mbak rima, mbak rindu, dst. Saat share yang ke 8, rata-rata berhasil.✅

����Rimrim
Assalammualaikum bu Septi, saya Rima dari Purwokerto. Beberapa waktu yg lalu saat mba Ara dan mas Elan ke Purwokerto, alhamdulillah saya berkesempatan makan malam bersama mereka.
Dan saya sangat takjub dengan kedewasaan, kelantangan, dan kecerdesan mereka berdua.
Dalam hati saya sangat takhub dengan kedua orang tua yang telah mendidik mereka sedemikian rupa.
Banyak sekali yang ingin saya ATM kan dari cara bu Septi mendidik mas Elan dan mba Ara.
Semoga suatu hari bisa betul betul bertatap muka dengan hu Septi.
����➡ Wa'alaykumsalam mbak Rima, oh ya waaa seru dong. Semua anak lahir hebat mbak, kitalah orangtuanya yang harus memantaskan diri terus agar layak mendapatkan amanah anak-anak hebat itu.

����Siti Bunda Ghaza
bu septi kl boleh tau pernah tidak mendaptkan komplen dari anak2  dan bagaimna meyikapinya?
����➡ hahaha sering mbak, ya mendengarkan sambil malu-malu, kemudian minta maaf ke mereka.✅

����Siti_Bunda Ghaza
tanya lagi bu septi ..bgmna solusinya ketika kita ingin mgadakan tpq untuk anak2 skitar rumah yg notabene mereka tidak diperhtikan orgtua,  tidak ada aturan, tidak mngtahui batasan2 norma, tidak mengaji? tidak memgetahui ilmu agama. Sedangkan kondisinya sya masih punya balita 3.5 thun yg trkdang msih blm bisa lepas dr saya dan moodnya pun gampang brrubah. Dan kalau dibiarkan yg saya khawatirkan nnti anak2 tsb bisa mempengaruhi anak2 saya karena mereka tumbuh dilingkungan sekitar.
Trimakasih
����➡ put first thing firat, letakkan yang utama menjadi urutan pertama ya mbak. Kalau ada anak balita, maka tempatkan dulu mereka di urutan paling atas. Baru susun kebutuhan berikutnya. Indikatornya apakah anak kita bahagia? kalau ya lanjut kalau tidak, tunda dulu.✅

����Shantydewi Arifin: Saya penasaran mau nanya bagaimana cara menentukan angka kuota gagal? Maklum tipe orang sekali gagal udah lemes.
����➡ dicoba berulang-ulang teh. Sesuai passion kita. Kalau saya seneng banget dengan ide baru/gagasan baru. Maka energynya luar biasa kalau suruh trial and error sebuah ide/gagasan. Sehingga bisa ketemu seberapa tahan mental saya signifikan dengan berapa kali ditolak, dicuekin, sampai dengan diterima.

Tapi kalau urusan bikin roti dll, sekali gagal saja udah lemes, nggak mau ngulang lagi. Ketahanan saya lemah di bidang ini.✅

⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰⏰

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang