Setelah ada aksi, pasti ada reaksi. Betebaran kabar dari sana sini tentang aksi kemarin. Lucunya, sama-sama korannya tapi berita bisa beda. Bisa jadi pemilihan kalimatnya, atau salah naruh poin intinya di mana jadi yang kelihatan topingnya aja.
Ngomong2 soal banjir informasi seperti sekarang. Ga ada salahnya kita runut matan rawi sanadnya sebelum mengunyah sebuah kabar. Berpikir skeptik perlu banget, jangan mudah percaya sesuatu sebelum tahu sumbernya darimana. Nah, sumbernya juga perlu dicek: apakah terpercaya atau pernah belok-belok? Siapa yang nulis, apakah objektif atau ada kepentingan di dalamnya?
Ga ada salahnya kita kritis kalau dapat broadcast tentang suatu berita.
"Mbak, itu sumbernya darimana ya?" Kalau ada websitenya, cek kapan ditulis, siapa yang nulis, latar pendidikan atau peofesinya berkaitan kah dengan keilmuan yang ditulisnya? Ribet ya? Tapi memang, kita ikut bertanggungjawab ketika ada berita yang tidak benar beredar. Udah amal suprit, dipotong kena dosa menyebarkan kabar bohong pula. Astaghfirullah.
Nah, di sini kita juga perlu jaga diri. Jangan sampai kita jadi sumber kabar yang tak jelas kebenarannya.
Makasih ya, yang pernah "nyentil" saya soal broadcast info hoax yang pernah khilaf saya lakukan. Padahal kenal deket juga nggak, eh diingetin lewat orang deket saya.
Pe-eR buat diri saya sendiri: buat nahan diri dari bicara yg di luar pengetahuan saya.
#adabmenuntutilmu #belajarnulis
Komentar
Posting Komentar