DIAWINASIS MAWI SESANTI_NHW#3
MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH
Bismillahirrohmanirrohiim.
NHW kali ini cukup menguras pikiran dan emosi, tapi sepertinya bikin nagih. Perlu bikin lagi, ga boleh bikin surat cinta cuma karena PR cantik.
Sebelum NHW#3 sebenarnya kami sudah bahas materinya berdua, kami mencoba jawab satu persatu poinnya. Dan ternyata kebaikan-kebaikan yang orangtua kami ajarkan begitu banyak, hanya satu dua hal yang membuat kami kurang nyaman: dibanding-bandingkan dan dimarahi, klise sekali setiap anak pasti tidak suka. Dan kami berusaha untuk menghormati dan mencintai ke-empat orangtua (ortu saya+ortu suami) kami, bukankah anak-anak kami melihat bagaimana sikap kami kepada orangtua kami?? Dan kami akan berusaha menjadi orangtua terbaik untuk anak-anak kami, berusaha tidak meninggalkan “luka”, memberikan pendidikan yang benar. PR besaarr untuk kami, maka kami memohon petunjuk kepada Allah sambil berikhtiar sebaik mungkin, belajar terus menerus untuk bisa menjalankan amanah-amanah ini. Selanjutnya berikut jawaban atas poin 2 (Fase Setelah Pernikahan) sesuai dengan kondisi keluarga kami saat ini.
#Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami#
Surat Cinta untuk Suamiku
Karena saya sadar, saya ga terlalu romantis. Maka surat cintanya jadi panjang dan malah jadi curhat. Ditambah backsound lagu nostalgia pas habis dilamar, lengkaplah sudah. Waktu semalam ternyata belum cukup untuk mengungkap rasa cinta, jadi esok harinya baru terkirim love letter via WA.
Surat untuk suamiku:
http://griyawistara.blogspot.co.id/2016/11/surat-cinta.html?m=1
Reaksinya pak suami???
Dikirim siang pas masih sibuk kerja, cuma dibaca sekilas katanya dan komentar singkat: “Ini surat cinta apa ceramah?”
Iya, kami sama-sama bukan tipe romantis. Eh tapi.. malamnya sepulang kerja akhirnya ada balasannya, dan cukup bikin saya berbunga bunga, mau bangun cinta terus.
Balasan pak suami:
http://griyawistara.blogspot.co.id/2016/11/surat-cinta-reply.html?m=1
#Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing#
Potensi Anak-anak
Alhamdulillah saat ini kami diberi amanah seorang putri, Farzana A. Wistara (2 tahun 3 bulan). Kami meyakini ada potensi besar padanya, seiring berjalannya waktu kami mendampinginya muncul satu per satu potensinya. Semoga Allah senantiasa menjaganya, memampukan kami menjadi fasilitator pendidikan anak-anak kami.
Farza suka dengan buku.
Membuka dan melihat isi buku. Pasti diam saat dibacakan buku baru, awalnya saya kira tidak peduli, tapi lama-lama lancar menirukan cerita yang sering dibacakan. Dari awalnya buku bantal, naik ke boardbook, kini mulai bisa “frendly” dengan buki kertas biasa. Semoga kecintaannya ini dapat menjadi gerbang memudahkannya menuntut ilmu hingga akhir hayat
Sedang mengalami banjir kata-kata.
Banyak ceriwis tentang apa yang dilihat di buku, baru dilihat atau dialami, bahkan apa saja yang pernah dilihat/dialami. Kami sedang banyak dihujani kata tanya “apa ini? apa itu?”.
Tulisannya mulai naik level dari coretan tanpa arti, menjadi bentuk tertentu.
Kebiasaan gambar bareng bunda mulai menular, coretan abstrak di dinding sekarang mulai berbentuk dan mulai bisa menamai/bercerita hasil gambarnya sendiri, seperti balon tersenyum, kereta di jembatan, wortel, persegi, dsb.
Kemampuan rata-rata di usianya
Sudah tahu warna, tahu bentuk, alat transportasi, buah, binatang, dan menyamakan gambar-gambar yang dikenalnya dg benda aslinya. Mulai tertarik membilang dan angka, tapi saya tak buru-buru. Sedang menikmati proses seru dengan rasa ingin tahunya. Suka lompat dua kaki dan naik turun tangga dg berpegangan.
Masa-masa observasi& meniru terlihat jelas, shg kami berusaha memasukkan nilai-nilai positif suasana beribadah, kata santun, konsep kebersihan/kerapihan, kemandirian, dst
Saya dibuat senyum-senyum sendiri saat Farza bilang “astafilloh..astafilloh..” saat biji-bijiannya berantakan di lantai. Dapat darimana? Dari melihat emak laper plus baper beberes sambil istighfar. Sekaligus jadi tamparan keras untuk menjaga benar2 apa yang dilihat anak dari perilaku kami sehari-hari (memberikan teladan yg baik). Dari sini kami mulai masukkan suasana beribadah yang menyenangkan, membiarkannya main di sajadah sendiri (sebelah bunda) saat sholat, lama-lama dia pun meniru gerakan sholat satu rakaat saja, baca al fatihah keras-keras, atau mendadak selonjor di kaki bunda. Begitu pun saat membaca Al-Qur’an, kami pun mencoba rutin membaca surat pendek bareng alhamdulillah sampai surat An-Nasr (sampail surat pendek ke 6) dan ditiru dengan gaya cadelnya tentu. Sudah terbiasa meminta cuci tangan saat tangan kotor, buang sampah di tempatnya, menaruh kembali buku/mainan di tempatnya. Terbiasa dg kata maaf, tolong, terimakasih, serta doa-doa sederhana.
Easy child
Mudah beradaptasi, ajeg pola hariannya, mulai bisa ditebak kapan emosi berubah (biasa rewel saat lapar, ngantuk, ada yg tak sesuai keinginannya) sekaligus cepat reda (tahu sebab+solusinya)
Hal baru bersamanya selalu membuat senyum kami terkembang. Saat mulai riweuh memilih baju habis mandi, saat request lagu ini itu, saat tiba-tiba bilang “Faza suka ke pantai.. main layang-layang, lihat kepiting”. Dan selalu ada yang baru saat membersamainya. Masih belum menemukan gaya belajarnya, karena dari sisi visual-auditori-kineatetik semua ada porsinya, belum ada satu yg dominan. Meskipun suka malu/kurang nyaman saat bertemu orang asing (bapak-bapak atau ibu-ibu), tapi saya kira itu tahapannya saat ini dan masih konteks wajar.
Ah, begitu banyak sisi lebih yang ingin kami tulis, dan pasti akan terus bertambah seiring usia Farza. Satu hal yang kami garis bawahi, Allah memberikan anak yang luarbiasa yang diamanahkan pada kami. Seorang anak yang punya semangat belajar tinggi terlihat sejak masih bayi, membuat kami mau tak mau juga harus belajar membersamai tumbuh kembangnya. Semoga doa kami di namanya diijabah oleh Allah, seorang anak perempuan yang cerdas dan bijaksana. Aamiin.
#Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.#
Potensi Diri-Suami-Anak
Alhamdulillah, syukur tak terhingga saya berada di tengah keluarga kecil kami. Dengam segala keterbatasan diri, keluarga ini begitu tulus mencintai dan saling mendukung untuk memperbaiki diri.
Membaca kembali hasil tes Talents Mapping saya dan suami, seperti yg ada di surat cinta di atas. Saya dan suami punya kesamaan di sisi educator, creator, dan server. Mengingat keseharian kami yang sama-sama mendidik (suami tentor Matematika di Neutron YK, saya ngajari anak sendiri), saya kira wajar saat sisi-sisi tersebut ada pada saya dan suami. Sekaligus bekal kami enjoy dan easy mendidik anak, semoga dapat membersamai anak-anak dg kualitas excellent, earn investasi dunia akhirat. Kelebihan lain suami di communikator, evaluator dan motivator, bagian mengingatkan jika ada yang keluar jalur atau mulai ga semangat dengan kalimat2 apiknya. Sedangkan saya membuat catatan keseharian anak mengandalkan sisi journalist. Caretaker menjadi bawaan pekerjaan saya saat berkecimpung sbg terapis autisme, dan alhamdulillah banyak membantu restock sabar saat menghadapi batita (masih butuh bantuan dan pengarahan ekstra utk bisa mandiri sesuai usianya).
Potensi kami di atas dihadapkan dengan sekian besar potensi Farza, meyakinkan kami untuk menjadi keluarga pembelajar yang sederhana. Kami belajar sedikit demi sedikit, mengupgrade diri dan keluarga, mengamalkan, dan membaginya bagi yang menginginkan.
#Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?#
Potensi Lingkungan-Tantangan-Maksud Allah hadir di sini
Saat lelaki Betawi berjodoh dengan permpuan Jawa, ternyata kami mudah saja menemukan chemistry. Saya pernah tinggal di Bekasi, sedang suami kuliah di Jogja. Sudah saling paham adat kebiasaan masing-masing meskipun kadang gegar budaya itu terjadi.
Di tengah kebinekaan keluarga, kami justru tidak tinggal di tanah kelahiran kami. Allah menempatkan kami di Malang ini, dengan culture yang beda lagi. Lalu kami pun sadari, kami bisa belajar mandiri jauh dari orangtua. Kami bisa lebih mudah menemukan pola asuh yang pas untuk anak kami. Lingkungan yang kondusif menurut kami, dari segi cuaca (tidak sepanas-padat-macet Jakarta, tidak se-sepi Trenggalek), banyak sayuran dan makanan sehat, lebih friendly. Memudahkan kami, dari segi upgrade kelimuan sebagai orangtua (baik secara online maupun offline), toko buku atau sarana belajar mudah ditemui, taman-taman gratis tempat anak eksplorasi, komunitas belajar, tempat wisata, alat transportasi beragam, dsb.
Meskipun kami belum banyak berperan nyata di lingkungan tempat kami tinggal, tapi dengan segala keterbatasan kami, semoga dapat menginspirasi. Saya bagi sedikit yang saya dapatkan berupa materi seputar keluarga, tentang stimulasi tumkem anak, atau hobby saya di doodleart lewat medsos atau blog.
Tantangan bagi kami memang saat lingkungan belum sadar betul peran orangtua dalam mendidik anak, dan cara terbaik mengubah orang lain/lingkungan adalah mengubah diri/keluarga sendiri terlebih dahulu. Semoga Allah memberi kami petunjuk dan kekuatan untuk selalu on the track.
***
PETUNJUK PENGERJAAN NHW#3
Bunda, setelah kita belajar tentang "Membangun Peradaban dari Dalam Rumah" maka pekan ini kita akan belajar mempraktekkannya satu persatu.
Pra Nikah
a. Bagi anda yang sedang memantaskan diri untuk mendapatkan jodoh yang baik, tulislah suara hati anda dengan tema “UNTUKMU CALON IMAMKU”
b. Lihatlah diri anda, tuliskan kekuatan potensi yang ada pada diri anda.
c. Lihatlah orangtua dan keluarga anda. Silakan belajar membaca kehendakNya, mengapa anda dilahirkan di tengah-tengah keluarga anda saat ini dengan bekal/senjata potensi diri anda. Misi rahasia hidup apa yang DIA titipkan ke diri kita. Tulis apa yang anda rasakan selama ini.
d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda?adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa anda dihadirkan di lingkungan ini?
Nikah
Bagi anda yang sudah berkeluarga dan dikaruniai satu tim yang utuh sampai hari ini.
a. Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda.Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.
b.Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.
c. Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, memgapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.
d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?
Orangtua Tunggal (Single Parent)
Bagi anda yang saat ini sedang mendidik anak-anak anda sendirian tanpa kehadiran pasangan hidup kita
a. Buatlah “Tanda Penghormatan’, dengan satu dua kalimat tentang sisi baik “ayah dari anak-anak kita” sehingga dia layak dipilih Allah menjadi ayah bagi anak kita, meskipun saat ini kita tidak lagi bersamanya.
b.Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.
c. Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak anda, silakan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirkan dengan tantangan keluarga yang luar biasa seperti ini. Apa misi hidup rahasiaNya sehingga kita diberi ujian tetapi diberikan bekal kekuatan potensi yg kita miliki.
d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?
Setelah menjawab pertanyaan - pertanyaan tersebut di atas, sekarang belajarlah memahami apa sebenarnya "peran spesifik keluarga" anda di muka bumi ini.
Selamat membaca hati dan menuliskannya dengan nurani. Sehingga kata demi kata di nice homework #3 kali ini akan punya ruh, dan menggerakkan hati yang membacanya.
Salam Ibu Profesional
/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/
Komentar
Posting Komentar