Langsung ke konten utama

Surat Cinta

Teruntuk Suamiku, jodoh dunia akhiratku.

Assalamu'alaikum wr. wb.

Sebelumnya, izinkan ku mengenang masa lalu.

Masih teringat jelas saat kau datang ke rumah untuk meminangku pada bapakku. Aku sendiri sibuk dengan rutinitas pekerjaan di luar kota kala itu. Semua itu cukup menggetarkan jiwaku. Meskipun sebelumnya telah lama kita berkawan, berbagi cerita kehidupan atau sekedar menertawakan bintang laut merah jambu. Sederhana.

Kurasa ini saatnya mewujudkan niat baik. Menimbang antara kau dan aku. Kurasa tak jauh timpang bagimana kita dalam agama, dalam nasab, dalam ekonomi, ya meskipun secara fisik tinggi badan tak bisa dibohongi. Guyonanmu waktu itu, "Saya yang terlalu tinggi atau...???". Tapi kurasa itu tak jadi masalah kita memulai.

3 bulan menuju tanggal yang dinantikan. Kuputar berulang kali, cukup untuk membuatku terharu sendiri.
"Jodoh dunia akhirat.. namamu rahasia". Sekalipun kau telah meminangku, masih saja menjadi tanda tanya sebelum sampai di hari H.

Sampailah di bulan syawal, 14 Agustus 2013. Tanggal yang diputuskan bukan karena hitung-hitungan rumit, tapi lebih pada hari libur dan hari Pramuka. Singkat kata begitu kata bapak, tak ada hari baik karena semua hari itu baik.

Aku tak terlalu ambil pusing dengan pesta resepsi, sedari awal kita sepakati tentang kesederhanaan. Tema putih menjadi pilihan. Cukup kita bagi bahagia dengan tetangga, dan keluarga dekat saja. Walimah pun tak makan waktu lama.

Aku tak kuasa menahan airmata, saat kau sebut namaku sambil menjabat tangan bapakku. Ikrar yang begitu agung dengan Pencipta kita.

Akhirnya namamu tak lagi rahasia, jodohku.

Kita sepakat bahwa keluarga itu tinggal bersama, aku pun resign dari pekerjaanku di luar kota. Sempat LDR sebulan, cukup untuk memenuhi kantong-kantong rindu pengantin baru.

Lalu aku semakin mengenalmu di setiap kebersamaan kita. Sifat penyayangmu tak ku ragu, setelah melihatmu dengan ibumu. Kurasakan sendiri tanggungjawabmu, meskipun sederhana tapi alhamdulillah kita tak pernah kekurangan. Kau yang cerdas, sederhana, pengertian, selalu mendukungku berubah mjd lebih baik, dan selalu punya "cara" menghadapiku saat galau melanda.

Ingin kuutarakan begitu banyak alasanku mencintaimu. Semua tertutup satu, Allah lah alasanku memilihmu.. Allah yang memilihkanmu untukku saat itu, hingga nanti kita bersama di jannahNya (aamiin).

Semakin ke sini, semakin kusadari tentang amanah di depan mata. Jatuh cinta kita lebih kompleks lagi. Tak hanya aku dan kamu, tapi juga buah hati kita. Dari masa kehamilan, melahirkan, menyusui, hingga seterusnya proses mendidik Wistara yang harus kita lewati berdua.

Semakin kusadari bahwa kita butuh bekal ilmu, kita harus belajar ekstra untuk membawa keluarga ini survive hingga garis akhir kita.

Alhamdulillah sedikit demi sedikit kita selalu berusaha memperbaiki diri. Terimakasih sudah saling support untuk hal ini. Mungkin kita butuh waktu khusus untuk lebih banyak bicara, tukar pikiran tentang siapa aku, siapa kamu, siapa kita (keluarga).

Mencoba menggali siapa aku, siapa engkau, siapa kita satu keluarga. Seperti nostalgia interpretasi tes psikologi, jujur kangen dengan yang satu ini.

Aku siapa? saya muslimah.  Meskipun dengan keterbatasan sana sini, insya Allah aku siap meng-upgrade kualitas diri. Dilahirkan dari bapak-ibu Jawa. Lahir dan besar di Trenggalek.
Latar belakang keilmuan Psikologi merantau ke Malang. Setahun mengabdi di Bekasi, masih sejalan dengan pekerjaan yg pernah ditekuni (terapis ABA), sedikit banyak sangat membantu dengan peran saat ini dalam manage keluarga dan mendidik anak. Adaptable dan mau belajar. Karena bahas psikotes, sekalian ditambah IQ di atas rata-rata. Hasil TM: Care taker+Educator+Creator+Journalist+Mediator+Server dominan di area servicing berkaitan erat dg amanah saat ini (sebagai ibu dan istri). Punya minat menulis, socmed, doodleart, parenting.

Dan bunda coba pahami tentang ayah. Alhamdulillah Allah berikan jodoh sosok muslim yang sederhana, bertanggungjawab, pengertian, penyayang, support dalam pengasuhan Farza (ikut turun langsung mengasuh). Latar belakang pendidikan sains (Matematika) UGM, tapi enjoy di ranah pendidikan yaitu pekerjaan saat ini. Mengintip sisi merah hasil talents maping ayah: Communicator+ Creator+ Educator+ Evaluator+Motivator+ Server. Kuat di sisi networking (50%). Punya sisi lebih dalam mengajar, fotografi, gadget (tahu specs, tempat beli, jual, harga, dst), dan motivator terbaikku.

Dan anggota keluarga kita satu lagi: buah hati kita. Alhamdulillah bunda menemukan banyak sekali sisi lebih pada diri Farza (2y3m). Rasanya baru kemarin ronda tiap malam, dan siangnya harus berusaha membangunkannya saat waktunya minum ASI. Perlahan tapi pasti, dia jalankan tugas perkembangannya. Berguling, tengkurap, merayap, duduk, merangkak, "trantanan" kata orang Jawa, langkah demi langkah pun kini telah berganti lari-lari, lompat, dan naik tangga.  Yang dulu bergumam pun jarang, kini sudah mampu bacakan cerita hingga ayahnya tertidur. Waktu begitu cepat berlalu rupanya, dan kita tak boleh ketinggalan untuk upgrade kemampuan kita sbg orangtuanya.

Apapun itu, semua ini membuatku tak pernah berhenti bersyukur. Alhamdulillah, Allah berikan keluarga kecil kita kelimpahan nikmat. Meskipun kita belum punya rumah, tapi kita punya keluarga yang hangat. Meskipun kita belum punya mobil, tapi kita selalu punya waktu pergi bersama. Setiap ujian dan kemudahan yang kita lalui, semoga semakin mendekatkan kita kepadaNya.

Seiring doa yang tak putus-putus kita lafalkan, Robbana hab'lana min azwajina wa dzuriyyatina qurrota a'yun. Terimakasih telah menjadi imamku, kebanggaanku dan Farza. Semoga kita dapat menunaikan amanah kita, sehingga kita dapat berkumpul di kampung akhirat (jannah).

Wassalamu'alaikum wr. wb.
Jodohmu, Diawinasis Mawi Sesanti.

*Dibuat tak sekedar ngerjakan Pe-eR cantik, tapi sekaligus curhat. Jadi nagih, bisa jadi besok bikin lagi. ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang