Tarik nafas panjang sebelum nulis ini.
"Tugas orangtua adalah bersyukur atas setiap potensi, dan bersabar atas proses".
Jadi kemarin Farza suka main air sebelum mandi. Ada kalanya main ini lamaa. Jadilah saya sambil bersihkan kamar mandi. Tapi.. rupanya ada pengalaman yang memberi kesan buruk baginya. Entah yang mana, apakah suara saya menyikat lantai, ataukah air dari bak yang saya tuang, atau yang lain selama proses saya bersih-bersih itu.
Efeknya lebih parah dari yang saya kira. Farza takut ke kamar mandi. Otomatis berefek pada aktivitas mandi dan... TOILET TRAINING.
Sempat muncul lagi pipis di celana, saking lamanya nahan BAB dan BAK. Padahal itu sudah tuntas sejak sebelum usia 2 tahunnya. Saya ga tawari ke kamar mandi? Tentu saya tawari di jam biasanya BAK. Tapi saya DITOLAK. Jadi ini rasanya ditolak.. (saran saya buat para ABG baper yang cintanya ditolak, nikah aja wes).
Mandi pagi sore jadi dipenuhi teriakan dan tangisan, sambil memeluk bunda erat-erat bahkan awalnya seperti cakaran karena saking ga mau lepas. Lebih sakit lagi di hati bunda, nak.
Coba introspeksi. Iya, saya yang salah. Managemen saya sebagai emak butuh diupgrade. Multitasking yang seharusnya TIDAK saya lakukan. Memilah ABC dari peristiwa ini. Mengajak diskusi suami, juga saran "desensitisasi sistematis" dari teman kuliah di Psikologi dulu. Mencoba mencari pandangan yang lebih objektif.
Lalu saya kembalikan pada Pemilik amanah ini. Saya yakin saya bisa, "Challenge" bertanggungjawab atas "kesalahan" saya sendiri.
Tetap lakukan aktivitas yang berhubungan dengan kamar mandi. Mencoba memberi nama "perasaan" Farza: "Farza takut? Takut apa? Ada bunda temani.. Farza berani". Sounding "berani", lakukan dengan hati. Sabar.. sabar.. dan sabar atas proses. Perlahan ada perubahan, tangisan itu mulai berkurang. Pegangan masih, tapi bukan lagi cakaran. Kata "takut" kini berubah "berani". Sudah mau bilang lagi saat mau ke kamar mandi (BAB atau BAK).
Kasus sudah selesai? Belum. Farza masih perlu digendong saat akan ke kamar mandi, padahal sebelumnya jalan sendiri pun bisa.
Saya tahu ada luka, tapi luka ini harus sembuh bukan disembunyikan apalagi bersisa. Terimakasih banyak nak, bunda banyaaakk sekali belajar darimu.
Eh, tapi ada hikmah di balik peristiwa ini. Ada sounding satunya yang mulai nampak hasilnya. Malam tadi ga ada yang minta ASI.
Alhamdulillah.. #bersambung
Komentar
Posting Komentar