Langsung ke konten utama

Cerita Griya Wistara November (3)

Minggu ini cukup padat acara di "luar". Padahal semua emak kan emang selalu punya jadwal padat. Emak sibuk aja masih sempet ngurusin orang sekecamatan. #eh Semoga itu bukan saya.

Eh, tapi seru ya. Move up dari zona nyaman. Keluar rumah (dengan alasan syar'i dan izin suami tentu) membuat mata saya terbuka lebih lebar. Pergi ke tempat baru, bertemu orang berbeda, belajar hal baru, juga hikmah lain yang saya yakin sudah Allah gariskan sebagai rizki saya.

Saat seminar kemarin (yang ga gratis), saya ga bisa fokus penuh. Kali ini saya bisa ikut pemateri yang sama, dengan tema lebih "dalam" menurut saya. Free, di Masjid pula. Alhamdulillah.. Kuota memang terbatas, pas baru daftar udah langsung kuota habis. Nah, Allah baik banget kan? Dia selalu memberi yang kita butuhkan, belum tentu yang kita inginkan.

Bahasannya "Mendidik Generasi Selamat di Era Digital". Pematerinya? Kiki Barkiah, praktisi home schooling dengan 5 anak (dan masih mau nambah). Zaman memang sudah berubah. Ibarat anak adalah bibit, tanah yang dulu dan sekarang sudah tak sama. Dulu bibit dilempar pun akan tumbuh dan berbuah. Sekarang?? Butuh disiapkan tanahnya dulu, apakah sudah tercemar atau belum. Dan apakah kita tahu cara bercocok tanam atau tidak? Tahu kapan menyemai, tahu bibit apa yang ditanam, dimana media tanam yang pas, kapan dia akan berbunga, kapan berbuah, apa yg bisa mengancam tanaman ini. Wah.. PRnya ga gampang ya.

Ada 3 poin penting, tentang tantangan di era digital. Anak kehilangan kesempatan lebih cerdas. Pemuda yang tak lagi produktif. Dan Ancaman pornografi.

Ngos-ngosan ya bahasannya. Tapi ada solusi penting yang memang harus dimulai dari KELUARGA. Pastikan kita kenalkan Pencipta Terbaik, Teladan Terbaik, dan Kitab Terbaik sebagai pegangan utama bagi anak-anak saat mereka hidup di zamannya. Orangtua memang sudah seharusnya lebih bijak, kuasai manajemen konflik dan bagaimana berkomunikasi produktif.

Karena membangkitkan generasi Rabbani yang produktif di akhir zaman ini bukan perkara mudah. Banyak tantangan yang perlu dihadapi. Namun jangan lupa, tujuan kita hidup di bumi.. Pemberi Amanah ini pasti sudah membekali "amunisi".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang