Langsung ke konten utama

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional?


Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya. 


Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu.


Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang bersifat nasionalis di surat kabar. Beliau pernah bekerja di pabrik gula, apoteker, hingga kembali berjuang sebagai jurnalis. 


Tentu kita sering dengar dengan Indisje Partij, Soewardi adalah satu dari pendirinya (Tiga Serangkai) yang akhirnya membuatnya dibuang ke Belanda. Di sana beliau tetap berjuang lewat "pergerakan" Perhimpunan Indonesia, tulisannya untuk mendorong kemerdekaan Indonesia juga tak surut ditayangkan di media massa. Meski diasingkan, di Belanda beliau pun melanjutkan pendidikan hingga mendapatkan Akta Guru Eropa. Beliau juga tertarik dengan Montessori dan Rabrindanat Tagore yang melakukan pembaharuan di bidang pendidikan. 


Kembali ke tanah air, Soewardi mendirikan Taman Siswa. Pergantian namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara semacam "titik balik" meninggalkan semua fasilitas bangsawan yang dimilikinya dan berjuang bersama rakyat Indonesia. Beliau pun berjejaring dengan pejuang lain yang memiliki "visi" yang sama, disebutkan beliau pernah bertemu dengan KH Ahmad Dahlan dan AR. Fachrudin yang juga banyak berjuang di dunia pendidikan Indonesia. Wajar jika di Kongres Perempuan Indonesia, para istri-istri pejuang ini berkumpul untuk memperjuangkan hak perempuan tanpa meninggalkan kodratnya. 


Sebuah perjuangan tak pernah berjalan mulus. Semakin tinggi puncak yang ingin diraih, semakin terjal dan berkelok tantangan yang dihadapi. Seratus sekolah Taman Siswa di seluruh Indonesia membuat Belanda murka, mereka membuat UU Sekolah Liar, merampas seluruh aset sekolah, serta upaya pencekalan lainnya. Tetapi komitmen dan konsistensi akhirnya berbuah manis, perjuangan di dunia pendidikan memantik kesadaran rakyat Indonesia tentang pentingnya kemerdekaan. 


Setiap masa punya tantangannya sendiri, namun selalu ada orang-orang yang memang dilahirkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kita belum tentu mampu melakukan gebrakan sebesar Ki Hadjar Dewantara, maka mulailah dengan melihat masalah yang sedang dihadapi diri sendiri.


Jadi, apa tantangan yang sedang kalian hadapi saat ini? 




Selamat Hari Pendidikan Nasional ❤


Malang, 03 Mei 2024

@diawinasis


Sumber: 

https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/96330/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...