Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional?
Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.
Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu.
Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang bersifat nasionalis di surat kabar. Beliau pernah bekerja di pabrik gula, apoteker, hingga kembali berjuang sebagai jurnalis.
Tentu kita sering dengar dengan Indisje Partij, Soewardi adalah satu dari pendirinya (Tiga Serangkai) yang akhirnya membuatnya dibuang ke Belanda. Di sana beliau tetap berjuang lewat "pergerakan" Perhimpunan Indonesia, tulisannya untuk mendorong kemerdekaan Indonesia juga tak surut ditayangkan di media massa. Meski diasingkan, di Belanda beliau pun melanjutkan pendidikan hingga mendapatkan Akta Guru Eropa. Beliau juga tertarik dengan Montessori dan Rabrindanat Tagore yang melakukan pembaharuan di bidang pendidikan.
Kembali ke tanah air, Soewardi mendirikan Taman Siswa. Pergantian namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara semacam "titik balik" meninggalkan semua fasilitas bangsawan yang dimilikinya dan berjuang bersama rakyat Indonesia. Beliau pun berjejaring dengan pejuang lain yang memiliki "visi" yang sama, disebutkan beliau pernah bertemu dengan KH Ahmad Dahlan dan AR. Fachrudin yang juga banyak berjuang di dunia pendidikan Indonesia. Wajar jika di Kongres Perempuan Indonesia, para istri-istri pejuang ini berkumpul untuk memperjuangkan hak perempuan tanpa meninggalkan kodratnya.
Sebuah perjuangan tak pernah berjalan mulus. Semakin tinggi puncak yang ingin diraih, semakin terjal dan berkelok tantangan yang dihadapi. Seratus sekolah Taman Siswa di seluruh Indonesia membuat Belanda murka, mereka membuat UU Sekolah Liar, merampas seluruh aset sekolah, serta upaya pencekalan lainnya. Tetapi komitmen dan konsistensi akhirnya berbuah manis, perjuangan di dunia pendidikan memantik kesadaran rakyat Indonesia tentang pentingnya kemerdekaan.
Setiap masa punya tantangannya sendiri, namun selalu ada orang-orang yang memang dilahirkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kita belum tentu mampu melakukan gebrakan sebesar Ki Hadjar Dewantara, maka mulailah dengan melihat masalah yang sedang dihadapi diri sendiri.
Jadi, apa tantangan yang sedang kalian hadapi saat ini?
Selamat Hari Pendidikan Nasional ❤
Malang, 03 Mei 2024
@diawinasis
Sumber:
https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/96330/
Komentar
Posting Komentar