Langsung ke konten utama

Jurnal 4.1: Menjadi Kupu-Kupu

Bismillahirrahmanirrahiim,

Memasuki pekan pertama tahap kupu-kupu di kelas Bunda Cekatan. Kalau boleh jujur, saya cukup terengah-engah di tahap kepompong kemarin. Serasa burnout, pengen rebahan dulu. Tapi bukan BunCek kalau tidak bikin berbinar, kami kembali mendapatkan kejutan cara belajar yang berbeda.

Menjadi kupu-kupu
Fokus satu makanan, mencari madu saja
Membantu penyerbukan bunga, adapun hasilnya di luar kuasa kita

Dari filosofi kupu-kupu di atas, mahasiswi Bunda Cekatan dapat berperan sebagai mentee yang fokus belajar sesuai dengan mindmap yang telah dibuat di tahap telur. Kami berhak menemukan mentor yang mampu menjadi fasilitator belajar kami. Saya pun membuka peta, ada satu topik yang belum optimal saya praktekkan sehingga saya berniat belajar tentang manajemen finansial. Mumpung masih ada waktu, mumpung ada mentor yang sedia membantu. Alhamdulillah saya bisa bertemu dengan mentor Gitaria Eka dari IP Tangerang. Sempat mencicipi potluck beliau di tahap ulat dulu, setelah mengenal lebih dekat saya pun merasa tidak salah pilih: background pendidikan, pengalaman kerja, dan project yang sedang beliau tekuni seputar manajemen finansial. Sudah menjadi misi hidup lah istilahnya.

Oiya, Kak mentor sudah kasih cemilan daging di IG @keluargacerdasfinansial, alhamdulillah sudah khatam membaca dan mulai ngeh garis besar dari cara smart mengatur keuangan. Siap kosongkan gelas! Semangat!


Ada satu lagi peran yang bisa diambil di tahap ini: menjadi mentor. Saya memilih hal receh yang saya sukai sejak 2016 hingga saat ini: Doodle Art. Alhamdulillah sedikit banyak akan saya bagikan pengalaman bahagia saya pada 3 mentee yang telah berkenan untuk belajar bareng saya: Kakak Satya, Kakak Ayu, dan Kakak Rahma. Sebenarnya kemarin ada kak Amila juga tetapi kemudian mundur karena ada topik yang lebih prioritas. Ketiganya memiliki kebutuhan dan starting poin yang berbeda sehingga saya berniat akan mendukung suasana bahagia, berikutnya lebih banyak inside out dari tiap mentee untuk mencapai goal masing-masing.

Saya senang sekali, semua memiliki semangat belajar hingga mampu menular kepada saya yang sebelumnya sempat down.

Saya sedang menikmati kedua peran ini, menjadi mentee sekaligus mentor. Bismillah semoga istiqomah hingga pekan ke-8 tahap ini.

Malang, 06-05-2020
Diawinasis M. Sesanti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...