Langsung ke konten utama

Rahasia Bahagia di Ibu Profesional

 Bismillahirrahmanirrahim, 


Apa kabar bulan Oktober? 

Bagi saya, Oktober adalah bulan yang penuh dengan ragam aktivitas seru. 

Seperti tahun sebelumnya, saya masih penasaran menaklukkan Inktober. Jadi sudah pasti 31 hari akan diwarnai dengan coretan sesuai promter yang telah dirilis. Ternyata tak hanya itu! Rumbel Doodle Art IP Malang Raya juga mengadakan Artober selama satu bulan ini. Meskipun hanya terdiri dari 13 promter, tetapi ini cukup menantang jika keduanya dilakukan bersamaan. Sampai di hari ke-30 ini saya masih bisa mengejar challenge Artober, bonus peran sebagai admin WAG. Selain membuat karya, saya juga belajar membuat ragam video pendek (reels instagram) berupa karya yang telah saya buat. 

Instagram Pribadi @diawinasis Bulan Oktober


Jika itu tadi peran di komunitas, jangan lupa dengan peran sebagai Manajer Media Komunikasi IP Malang Raya. Selain mengelola informasi di internal IPMR, seperti biasa saya dan tim medkom dari komponen lain bersinergi mengelola media sosial regional. Alhamdulillah, bulan ini pun kami mendapat ilmu keren dari seknas pusat berupa pelatihan media komunikasi ILUSTRA. Masya Allah, langsung praktik mulai dari analisis medsos, dasar desain grafis, membuat video pendek, dan ini adalah challenge terakhir membuat tulisan menggunakan kata kunci SEO. Awalnya saya pikir mengambil peran di komunitas itu, saya yang akan banyak memberi sebagai balasan atas apa yang saya terima. Ternyata apa yang saya dapatkan begitu banyak, bahkan jika diuangkan saya belum tentu mampu untuk membayar. 




FYI, saya juga sedang belajar di Institut Ibu Profesional sebagai mahasiswa Kampus Ibu Pembaharu. Bulan ini bertepatan dengan tahap Aksi Menuju Solusi dan tim saya (Rinjing Destock) menggelar mini workshop Do Lettering With Love. Setelah itu, ada juga event kedua di Kelas Bunda Salihah yaitu Kongres Ibu Pembaharu. Di tahap ini kami berkumpul dengan tim lain membuat video untuk campaign gagasan. 


Wow... Jadi ini saatnya perang yang sebenarnya! Challenge satu hari minimal posting satu video mewakili grup. Dengan peran sebagai PJ editing video, saya merasa latihan membuat reels menggunakan karya Artober/Inktober, mengelola instagram IP Malang Raya, dan pelatihan ILUSTRA dari manmedkom seknas sangat berguna sekali di event ini. Lebih lengkapnya video yang kami buat bisa disimak di sini. 


Sibuk banget sih? 

Menjadi member Ibu Profesional membuat saya belajar untuk berani mengambil peran lebih banyak. Tentu saja sesuai dengan kemampuan, baik dari skill maupun waktu. Meskipun memiliki status sebagai Ibu Rumah Tangga, salah besar jika dikatakan kami tidak melakukan apa-apa. Di sini saya berani mencoba dan akhirnya bertemu dengan passion saya. Dimulai dengan paper based (doodle manual) hingga belajar desain digital menggunakan alat yang terbatas, saya berusaha membuat karya dan juga berbagi dengan apa yang saya bisa. Tanpa sadar value Ibu Profesional sudah melekat dalam keseharian. Bukan sekedar dihafalkan tetapi benar-benar diterapkan. 


Inilah bahagiaku bersama Ibu Profesional, yuk bagikan juga bahagiamu di kolom komentar! 


Malang, 30 Oktober 2021

Diawinasis M. Sesanti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...