Langsung ke konten utama

Jahiliyah


"Sholawat serta salam, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah."

Hampir setiap pembukaan acara, kalimat ini selalu diucapkan. Namun makna "jahiliyah" yang dimaksud masih saja menjadi pertanyaan besar bagi saya pribadi. Kebodohan tidak paham baca tulis kah? Tetapi bukankah masyarakat Arab "jahiliyah" masa itu terkenal dengan bahasanya, menyukai syair, dsb. Jadi apa maksud dari "jahiliyah" sebenarnya?
Saat membaca buku tentang shiroh Nabi Muhammad saw bersama ananda, terdapat satu bagian khusus tentang masyarakat Arab jahiliyah sebelum datangnya Islam. Dari sini saya pun mulai menangkap berbagai perilaku jahiliyah yang dimaksudkan. 

Dimulai dari berbeloknya akidah masyarakat, tidak lagi sesuai dengan yang dibawa para Nabi sebelumnya. Baik karena pengaruh penguasa (Persia dengan Majusi, Romawi dengan Nasrani), agama yang dibawa pendatang (Yahudi), maupun karena meniru cara ibadah kaum lain dengan menyembah bintang, patung, dsb. Padahal mereka sudah mengetahui kebenaran, tetapi tidak istiqomah menjalankannya. Benarlah jika iman itu tak cukup sekedar diyakini dan diucapkan, tetapi juga iman dalam laku perbuatan.

Perilaku jahiliyah lainnya adalah mempercayai takhayul dan sihir. Sepertinya hingga saat ini pun masih ada perilaku ini. Minimal kita tahu novel dan film seputar sihir laris manis di pasaran. Naudzubillah, semoga kita dijauhkan dari praktek keduanya.

Masyarakat jahiliyah dulu suka menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Bukan dengan dalil yang jelas, tetapi karena takhayul. "Jangan begini, nanti begitu". "Hewan yang begini begini tidak boleh dimakan". Mungkin kalau di sini semacam mitos yang dibuat-buat, takut sial, dsb.

Berikutnya tentang perempuan yang tidak dihargai. Saat lahir dianggap aib dan tak jarang berusaha dimusnahkan. Statusnya seperti harta warisan yang dibagi-bagi saat suaminya meninggal. Alhamdulillah ya, kita hidup di zaman yang sangat menghargai fitrah perempuan. Masih panjang daftar jahiliyah yang dilakukan masyarakat Arab dahulu. Diantaranya kebiasaan perang antar suku, saling merampas harta, khamr, mengundi nasib, dsb.

Ternyata daftar panjang perilaku jahiliyah bisa dengan mudah kita jumpai di zaman sekarang ini. Apakah kita yang kembali bodoh, atau Islam yang perlahan kita tinggalkan?

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...