Langsung ke konten utama

Jurnal 3.1: Character to Nation

Bismillahirrahmanirrahim, 


Pekan ini Hexagonia memasuki Membangun  Pondasi Karakter Hexagonia. Wah, apa ini? Intinya ada daftar panjang teori seputar karakter moral dan karakter kinerja. Pokoknya panjang dan saya butuh waktu lebih lama untuk memahami satu per satu. 


Dan tugas kami pekan ini adalah berdiskusi dengan teman-teman Co-Housing:

- Menentukan tujuan Project. 

- Menentukan karakter (baik moral maupun kinerja) apa saja yang dapat mendukung, menghambat, dan menghentikan project passion Co-Housing. 

Wah, menarik sekali kali ini selain bicara karakter juga belajar vocabularies karena banyak kosakata dan istilah karakter yang masih asing bagi kami. 


Goals, Boosts, Delays, dan Risks

Hexa Character CH-3 Desain


Akhirnya saya memutuskan untuk memilih RESPONSIBILITY sebagai satu karakter kinerja yang akan saya latih selama 6 bulan ini. 




Why? 

Mengingat karakter ini sangat penting untuk berjalannya project sampai tuntas. Dimana saya juga berperan sebagai Co-Housing leader yang bertanggungjawab terhadap para Hexagonia dalam satu Co-Housing, maka saya tidak boleh out of track. Nasib tim dan project menjadi tanggung jawab bersama, dan saya sebagai leader berprinsip untuk menjadi "ing ngrasa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" artinya saya bertanggungjawab baik dimanapun posisi yang saya ambil. 


Pekan ini adalah tahap kognitif (knowing) dan mencoba bertahap masuk ke tahap emosi (feeling) sebelum secara sadar menjalankan karakter bertanggungjawab dalam keseharian. 


Karakter itu dijiwai, bukan ditulis di atas kertas... 


Jadi, pekan ini sudah praktik "responsibility" dalam bentuk apa? 

- Menyimak live on time,  berusaha memahami materi bersama teman-teman Co-Housing. 

- Diskusi bareng terjadwal di Co-Housing. 

- Membuat presensi diskusi. 

- Memastikan semua Hexagonia dapat bersama-sama menyelesaikan tugas pekan ini. 

- Tim #deptcollector, mengumpulkan semua Hexa Character dari tiap Hexagonia agar lembar jurnal kedua dapat dikumpulkan. 

- Submit jurnal sebelum DL (insya Allah). 


Hamasah! 

Bersiap untuk masuk tahap berikutnya. 


Diawinasis M. Sesanti

Malang, 25 Oktober 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...