Langsung ke konten utama

TANTANGAN 11.16 Kelekatan yang Kuat

Tantangan 11.16
Diawinasis M Sesanti
Mlg, 20 Januari 2018

Bismillahirrahmanirrahiim.
Obrolan kami dimulai dengan pertanyaan sederhana:
"Farza cantik apa ganteng?" / "Cantik"
"Cantik itu apa sih?" / "Cantik itu perempuan"
Rasanya cukup bagi anak 3.5 tahun menjelaskan korelasi cantik dengan perempuan. Ditambah rasa yakin mengungkapkan bahwa dirinya cantik, artinya ananda sudah paham dengan identitas gendernya.

Masih tentang membangkitkan fitrah seksualitas di usia 3-6 tahun. Terdapat satu indikator "attachment" dengan kedua orangtua (ayah-bunda) bukan sekedar bonding. Sebelumnya saya pernah membahas, hal ini kami lakukan di rumah lewat "ngobrol bareng, main bareng, aktivitas bareng". Kemarin saya baru menyadari bahwa ngobrol, berkaitan dengan komunikasi produktif, dan tentu saja penting untuk paham "bahasa cinta" si anak itu sendiri.

Kemarin seharian ayah kerja, jadi sebagian besar waktu ananda dihabiskan bersama bunda. Setelah sibuk dengan kegiatan domestik, ananda mulai meminta "perhatian". "Bunda, bacakan buku yang ini.", habis satu muncullah beberapa buku yang lain. Sore harinya, si kecil tidak mau ditinggal padahal tugas domestik sore sudah memanggil. Langit mendung, sedikit gerimis, memang paling pas buat "kruntelan" bareng bocah kecil ini. Namun dengan meluangkan sedikit waktu, main gelitik, nonton tutorial masak lalu praktek artinya tugas domestik pun terselesaikan. Ada rasa haru saat ananda terlibat dalam kegiatan bunda, sambil bertanya ini itu. Itu apa bun? (bunda memegang jahe), ananda ikut membaui dan bertanya rasanya. Kemudian dijilatnya sedikit, katanya "pedas".

Membersamai, tak selalu bunda yang terlibat pada aktivitas anak. Bisa juga anak yang ikut aktivitas bunda. Selain menguatkan kelekatan, "beraktivitas bareng" memberikan kesan positif tentang peran gender dan mengenalkan lifeskill pun bisa dilakukan lewat cara ini.

#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...