Langsung ke konten utama

Peraturan Matrikulasi Ibu Profesional Batch#2 MR-JatimSel-LA

Alhamdulillah sudah gabung grup Matrikulasi. Gabungan Malang Raya, Jatim Selatan, dan Lamongan. Ada 3 Fasilitator, serta para ibu-calon ibu pembelajar.

Sedari awal nyemplung di grup ini, atmosfirnya sudah beda. Semua para ibu yang semangatnya berkobar2 untuk belajar. Jadilah ketularan semangatnya, semoga terus istiqomah sampai akhir.

Familiar dengan kalimat ini: "semua boleh, kecuali yang tidak boleh"??? Yes, aturan yang sering disebut Bu Septi saat bareng anak-anaknya. Dan sekarang saya ngrasain, setelah ini semoga bisa menerapkan saat bareng anak.

***

TATA TERTIB PROGRAM MATRIKULASI IBU PROFESIONAL

Prinsip di program ini adalah "Semua BOLEH, kecuali yang TIDAK BOLEH"

Maka kami akan menyampaikan hal-hal yang TIDAK BOLEH saja, selain hal ini diijinkan...

⛔ Selama program matrikulasi berjalan, TIDAK diperkenankan di grup ini membicarakan hal-hal sbb :

1⃣Politik dan kritik pemerintah

2⃣Mempertajam perbedaan Suku, Agama, Ras dan Anggota Tubuh ( SARAT)

3⃣Fitnah dan ghibah (membicarakan kejelekan orang yg tidak ada di grup ini, dimana masalahnya kita belum tentu tahu kebenarannya)

4⃣ Khilafiyah ( perbedaan paham yang tidak ada ujungnya)

5⃣Mempromosikan produk jualan di grup

6⃣Memposting info materi/ berita non matrikulasi, tanpa mencantumkan  sumber berita yg valid.

7⃣Memposting info seminar/parenting yg diselenggarakan oleh parpol dan underbow nya, atau info seminar yg kita bukan penyelenggaranya dan tidak tahu kebenaran event tsb.

Selain ke tujuh hal tsb di atas, berarti BOLEH

***
Tambahan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...