Langsung ke konten utama

PROSES #RBI2

PROSES

Malang, 30 Mei 2017
D. M. Sesanti &  Farzana (2y10m)

Alhamdulillah 3 hari ini ada banyak makna yang bisa diikat ketika membersamai ananda, salah satunya tentang "proses". Tidak ada hasil yang tiba-tiba muncul, ada proses yang harus dilalui dengan sabar entah sebentar atau lama.

B:Bunda, F:Farza
B: Bunda sholat dulu ya, Farza ikut?
F: Nggak.. Farza sini aja.. (sambil main di samping bunda)
Beberapa waktu sholat berlalu, alhamdulillah tidak mengganggu saat bunda sholat. Tiba-tiba ananda mendahului bunda saat akan wudhu setelah adzan Maghrib.
F: Farza wudhu dulu ya.. Nanti gantian.
B: Oke.
Lalu ananda mengambil mukena kecilnya dan memakainya. Setelah itu ananda berdiri di samping bunda, lalu sholat 2 rakaat dengan surat alfatihah di rakaat pertama dan surat annas di rakaat kedua. Belum sempurna memang, tapi sudah cukup untuk membuatnya "senang" di suasana ibadah.

Proses yang perlu dilewati dengan terus optimis, dari yang ditolak saat mengajak ananda ikut sholat, mau menunggu di sebelah sambil main, sibuk lari-lari hingga naik punggung saat bunda sujud, hingga mau wudhu, mau mengikuti sholat serta memakai mukanya. Dan proses ini masih panjang, ketika ananda masuk usia latih, pra latih, hingga akil baligh nantinya.

Begitu juga pada aktivitas yang lain: membaca buku, membaca Al-Quran, menggambar, dalam hal toilet training, memakai baju sendiri, dst. Proses membersamai tumbuh kembang ananda ini akan terus berlanjut, maka kami pun harus siap untuk terus belajar juga memperbaiki diri.

Akhirnya dapat membuktikan: anak-anak bisa salah mendengar, tapi mereka tidak akan salah menirukan. Maka PR besar bagi orangtua untuk menjaga lisan, menjaga perbuatan, serta meminta banyak-banyak pada Allah untuk dapat mendidik anak-anak dengan benar.

Tak usah terburu-buru memaksakan sesuatu, menjejalkan ini itu agar anak segera bisa. Dan tentu dibutuhkan rasa relaks namun tetap optimis melewati prosesnya agar fitrah ananda tetap terjaga.

#DiawinasisMawiSesanti
#Post2
#RuangBerkaryaIbu #IIPMALANGRAYAJATSELA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...