Langsung ke konten utama

Tips Menakhlukkan T10

*MENAKHLUKKAN TANTANGAN 10 HARI*

Setiap kita memiliki beragam tantangan untuk menyelesaikan "TANTANGAN 10 HARI" di kelas Bunda Sayang. Ada yang mendapat tantangan jaringan down atau kuota habis, tantangan menulis, tantangan mengatur waktu, tantangan harus pergi ke luar kota, dsb. Maka yang paling tahu mana STRATEGI yang paling pas adalah diri kita sendiri. Ini ceritaku...

#Tulis saja
Saya bukan penulis, justru saya belajar menulis di kelas Matrikulasi dan BunSay ini. Agar tidak jadi beban, saya menulis dengan gaya sendiri. Kadang suka curi-curi intip tugas teman sekelas... "Wah keren gaya tulisannya.. wah prakteknya beliau oke.. dan wah.. wah.. lainnya." Tapi kemudian fokus dan PD (recall materi matrikulasi), itu keren versi mereka dan ini keren versi saya (meskipun isinya sekedar melampiaskan potensi 20.000 kata).

#Pilih waktumu
Ada yang menunggu tengah malam menunggu ananda tidur, ada yang menulis selepas  subuh, ada juga yang ketika selesai kegiatan segera ditulis. 
Nah, saya tipe terakhir yang suka lupa kalau tidak segera dicatat. Jadi saya biasanya memanfaatkan catatan di HP atau coretan di kertas. Tak perlu panjang, cukup poin intinya saja. Versi lengkapnya baru saya buat di saat waktu luang sebelum setoran.

#Enjoy Your Game 
Saya menganggap tantangan 10 Hari seperti main game. Setelah lama menghapus aplikasi game di HP, ikut kelas bunsay seperti mengobati rasa kangen nge-game. Ikuti saja aturannya agar bisa naik level, pasti ada sesuatu yang baru di tiap levelnya. Dan kali ini game yang reward-nya adalah yang kita butuhkan di dunia nyata, praktek materi--memperbaiki diri.

Apapun itu, jalani dengan niat lillah saja.. Hasilnya biasanya menjadi "Kejutan".

Silahkan bagi para bunda yang berkenan berbagi pengalaman menakhlukkan "TANTANGAN 10 HARI" di kelas Bunda Sayang. Karena dengan berbagi, kita akan mendapatkan lebih banyak lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...