Langsung ke konten utama

TANTANGAN 1.5: FOKUS PADA YANG DIINGINKAN

HARI KELIMA

Diawinasis M.S
Malang, 29 Januari 2017

Bismillahirrahmanirrahiim…

Hari ini Griya Wistara sepakat bikin Family Forum di CFD. Setelah jalan-jalan, sarapan, langsung ambil tempat di salah satu pojokan tempat duduk di jalan Ijen.

Banyak pen-diastraksi saat bikin Family Forum di tempat ramai tapi alhamdulillah masih bisa dilakukan. Masih bahas project kami, ayah menambahi beberapa poin. Lalu tetiba ada telepon dari Kakung Farza, ada apa kah? Ternyata kakung minta tutorial cara download video senam di youtube. Maka dibuatlah tutorial ala-ala ayah bunda kaya gini untuk bisa nonton offline di youtube. Sempat salah jawab pertanyaan ayah saat bicara disambi bikin kolase. Ternyata penting banget ya clear and clarify, kalau nggak di clarify bisa salah paham.


Apalagi yang dibicarakan di family forum? apa saja di sekitar kami, termasuk Farza yang “menari” di pangkuan bunda seperti waktu bayi dulu.

Ada yang menarik saat family forum, ada anak kecil yang sedang bersama kakek neneknya. Sama seperti Farza, anak-anak selalu ingin berlarian ke sana kemari melihat sekitarnya. Kami menangkap banyak kata “tidak, jangan, nanti…” berulang di sebelah namun respon anak tesebut semakin banyak melakukan yang dilarang, misal “jangan lari” anak justru lari. Kami mencoba mempraktekkan “fokus pada yang diinginkan” dan solusi dari permasalahan, jadi tidak banyak melarang jika itu tidak membahayakan. Kalau pun harus melarang pun, saya berusaha memilih kata-kata, misalnya saat ada sepeda lewat “ayo minggir, ada sepeda lewat” lebih efektif daripada “jangan di tengah jalan”. Kadang saya perlu diam dulu untuk berfikir, “kata/kalimat apa ya yang paling tepat agar jadi komunikasi produktif?”.

Dan hal lucu di akhir pagi ini, saat ayah mau berangkat kerja disambut tawa saat Farza bilang “ayah jangan kerja, ayah ngobol aja sama Farza di rumah”. Insya Allah besok lagi ya sayang, ternyata keluarga ini mulai “ketagihan” ngobrol.

PERUBAHAN KOMUNIKASI DI HARI KELIMA
√ Kaidah 2C (clear and clarify) saat berkomunikasi dengan pasangan
√  Kaidah “fokus pada yang diinginkan” saat bicara dengan anak
√ Kaidah fokus pada solusi.

#hari5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...