Langsung ke konten utama

HE Griya Wistara: Simulasi Gempa

Bismillahirrahmanirrahiim,

Hari ini masih semangat belajar di rumah. Mulai dari senam pagi, sholat Dhuha & Mengaji ummi jilid 4 hal 24, lalu asik-asik simulasi gempa bumi.




Sebelumnya kita nonton video dari bnpb tentang Tanggap Tangkas Tangguh menghadapi gempa bumi. Lalu ayah catat apa saja yang perlu dilakukan.

Sebelum terjadi gempa..

Saat terjadi gempa...

Setelah gempa...


Berikutnya kita juga menonton video tentang simulasi gempa bumi yang dilakukan oleh anak-anak di jepang lewat game-game seru.

Nah... Waktunya kita juga bikin simulasi di rumah.


 Ada hal lain yang perlu dilakukan sebelum gempa, tapi bagi anak-anak sepertinya ini yang paling mudah. Menyiapkan barang-barang penting, melakukan simulasi gempa, dan mencatat nomor-nomor penting. Siapa saja? nomor kantor polisi (polsek Kedungkandang yang dekat rumah), bpbd kota Malang (letaknya dekat sekolah kakak di Sawojajar). "Yang ada mobil pemadam kebakarannya itu..." kata kakak.

Oiya, kita juga pernah belajar tentang mitigasi bencana alam bareng IP Malang Raya sebelum pergi ke acara walimah kak Novi. Meskipun sepotong, kakak ingat lho.

#context #profesipolisi #profesitimsar


 Menyiapkan barang-barang ini lumayan seru, kakak semangat mencari benda yang bunda sebutkan di daftar. Senter, obat-obatan, uang tunai, air minum, cadangan makanan, dst.



Nah, karena di rumah tidak ada meja besar jadi kakak simulasi melindungi kepala memakai tangan dan bantal. Menjauhi benda pecah belah semisal jendela. Memakai alas kaki agar tidak terluka jika ada reruntuhan. Jika terjebak, tutup mulut memakai tangan lalu buat bunyi-bunyian. Keluar saat sudah aman, jauhi gedung, pohon, papan, dsb.

Saat bunda tanya kenapa harus begini begitu, kakak juga mulai paham kalau itu semua agar semua selamat dari gempa bumi.

#connectedness

Wah, seru banget belajar kita hari ini!
Oiya, adik lagi belajar tentang warna. Lagi sensitif banget tiap lihat warna warni di buku (dongeng pandu 45: Saga). Mulai kenal hijau-kuning-ungu-biru-merah-pink-coklat (identifikasi+melabel).

Griya Wistara
Mlg, 09-04-2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...