Langsung ke konten utama

Camilan Rabu 3.2

Cemilan Rabu
29 Maret 2017

🏵POTENSI KECERDASAN ANAK UNTUK MERAIH KESUKSESAN HIDUP.
(Bagian 1)🏵

Sebelum ditemukannya ragam kecerdasan (IQ, EI,SI, dan AI), seorang anak dikatakan cerdas jika memiliki IQ yang tinggi. Sebaliknya anak dikatakan bodoh jika ber-IQ rendah.

*Kecerdasan Intelektual (IQ)* adalah kecerdasan yang dimiliki oleh otak manusia untuk bisa melakukan beberapa kemampuan seperti, kemampuan menalar; merencanakan masalah; berpikir; memahami gagasan; dan belajar.

Menurut Conny Setiawan dalam buku “Perspektif Pendidikan Anak Berbakat” ada tiga komponen penting yang dianggap esensi intelegensi, yakni penilaian, pengertian, dan penalaran.

Berkat kecerdasan intelektualnya, manusia telah mampu menjelajah ke bulan dan luar angkasa; menciptakan teknologi informasi dan transportasi yang sangat membantu dan lain sebagainya. Namun, ketika IQ saja yang menjadi dasar seseorang bergerak, maka di samping ada kemajuan pesat buah dari kecerdasannya itu, terdapat pula banyak kerusakan muncul akibat dari ulah manusia.

Charles Spearmen, Thurstone, dan Gardner mengembangkan teori *multiple intelligence (MI)*yang mengukur kecerdasan tidak hanya dari satu aspek kemampuan. Teori MI ini lebih manusiawi karena intelegensi manusia diukur dari tujuh dimensi yang semi otonom. Masing-masing adalah : 1) linguistik, 2) music, 3) Matematik Logis, 4) Visual-Spasial, 5) Kinestetik-Fisik, 6) Sosial Interpersonal dan 7) Intra-Personal.

Seperti diungkapkan Suharsono dalam buku “Mencerdaskan Anak”, ketujuh macam kecerdasan ini merupakan fungsi dari dua belahan otak kiri dan otak kanan. Otak kiri memiliki kemampuan dan potensi memecahkan problem matematik, logis dan fenomenal. Otak kanan memiliki kemampuan merespon hal-hal yang sifatnya kualitatif, artistic dan abstrak.


❓Apakah dengan mengoptimalkan ketujuh kecerdasan ini akan menjadikan anak-anak sukses mengarungi hidup? Jawabannya BELUM TENTU.

🖌Model kecerdasan intelektual benar-benar akan bergfungsi hanya dalam tahapan ketika anak harus menyelesaikan permasalahan. Bahkan sejauh yang dapat diamati, model kecerdasan ini belum mendorong anak menjadi kreatif bahkan inovatif.
Diperlukan upaya pendekatan yang berbeda agar anak menjadi lebih tertantang ide kreatif dan inovatifnya.

Daniel Goldman menawarkan pendekatan baru dalam memandang kecerdasan seseorang dengan mengenalkan *Kecerdasan Emosi* (emotional Intelligence) yakni kemampuan untuk mendeteksi dan mengenali emosi sendiri maupun orang lain.

Menurut Suharsono, Perbedaan nyata antara IQ dan EI terutama pada hal “apa” yang menjadi objek kecerdasan itu sendiri.  IQ lebih memandang objek-objek di luar diri manusia (out-ward klooking) sedangkan EI lebih memperhatikan fenomenal yang berada di dalam diri manusia (in-ward looking).

Khairul Ummah (2003) menyatakan bahwa kunci sukses yang sebenarnya tidak lain adalah kemampuan memahami emosi diri dan emosi orang lain serta memanfaatkan interaksi emosional ini semaksimal mungkin untuk tujuan positif yang hendak dicapai bersama.

Kecerdasan emosi penting untuk menangani situasi yang bermuatan emosi, suatu kondisi yang sering terjadi. Muatan dari emosi negatif serta dampak dari kepercayaan diri, keberanian dan kejujuran dapat diperoleh dengan baik melalui kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi merupakan faktor yang jelas mengatur pola kehidupan. Kecerdasan ini penting dalam pengelolaan emosi yang diperlukan hingga mampu membangun pola yang berhasil. Pengembangan kecerdasan emosi sangat penting bagi keberhasilan tingkah laku dan organisasi. Kecerdasan emosi menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan hubungan di masyarakat. Kecerdasan ini juga dapat menghilangkan perasaan takut, cemas, dan marah yang bisa menghambat proses pengendalian emosi.

❓Pertanyaannya, apakah dengan berbekal IQ dan EI saja anak mampu meraih SUKSES??

📌Bersambung ke part 2 (cemilan minggu depan)

📚Referensi:
Saifullah.A & Nine Adien MAulana, Melejitkan Potensi Kecerdasan Anak, 2005, Yogyakarta: Ar-Ruz Media

https://tisna2008.wordpress.com/2009/05/26/antara-iq-eq-dan-sq/amp/

💻Disusun oleh:
Tim Fasilitator Nasional Kelas Bunsay IIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...