Langsung ke konten utama

TANTANGAN 2.10: DIMANAPUN KAPANPUN

Diawinasis M.S.
Malang, 04 Maret 2017

Hari ini ananda melakukan aktivitas di luar rumah. Maka kegiatan melatih kemandirian ini disesuaikan dengan kegiatan ananda. Apapun dan dimanapun latihan ini dapat dilakukan

JURNAL KEMANDIRIAN 10

Malang, 03 Maret 2017
Farzana A.W/2y7m/Pr
Fasilitator: Bunda
Dokumentasi: Bunda

Sambil menunggu ayah sholat Jum'at, Farza dan Bunda bermain di alun-alun. Ananda awalnya berjalan-jalan di rumput, lalu mengendap-endap sebelum mengejar merpati yang turun ke tanah.

"Bun, ini dilepas". Rupanya ananda ingin melepas sandal saat berjalan-jalan di rumput. Ananda sudah biasa menyampaikan keinginan secara verbal.

Ananda lalu melepas sendiri sandalnya, saat ingin bermain di playground pun ananda mengambil dan memakai sandalnya sendiri.

Malang, 04 Maret 2017
Farzana A.W/2y7m/Pr
Fasilitator: Ayah
Dokumentasi: Ayah&Bunda

Hari ini Ayah ada jam tambahan di kantor, sementara Bunda ada acara persiapan JCC. Setelah siap-siap, ananda diminta untuk memilih ikut ayah atay bunda. Saat berangkat dari rumah, ananda bilang ikut bunda. Namun ketika sampai di Graha Tirta justru mau ikut ayah. Ditanya berulang, dan ternyata tetap mau ikut ayah. #fitrahindividual

Salah satu latihan kemandirian, mengutarakan keinginan ananda. Berlatih pergi tanpa bunda, sebenarnya sudah sering dilakukan bersama ayah. Namun kali ini ayah sambil mengajar.

Ananda asik menggambar di papan, menghapusnya, memilih warna, dst. Rupanya ini menjadi menarik karena biasanya mewarnai di rumah dan menggunakan media kertas. #fitrahbelajar #fitrahestetika

Whatnext: memupuk ananda mengutarakan keinginan dg bahasa verbal sekaligus melatih membuat keputusan


#Gamelevel2.10
#Level10
#KuliahBunSay
#MelatihKemandirian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...