Langsung ke konten utama

Day 15 : Tumbuh Bersama Ananda

Mlg, 26 Februari 2018
Diawinasis M Sesanti
Bismillahirrahmanirrahiim.
Monday-waktunya rehat sekejap, setelah kemarin agenda padat merayap. Menghabiskan lebih bayak waktu ngobrol bareng pasangan tak selalu soal topik berat. Kali ini seputar ananda yang kemarin banyak "binar cahaya" saat beraktivitas bareng bunda. Ayah lebih banyak menyimak, sambil penasaran melihat foto-foto ananda.
Bagaimana ananda semakin muncul fitrah sosialitasnya, namun masa egosentris-nya sedang tumbuh subur sehingga konflik dengan teman bermain bisa saja terjadi. Sambil belajar manajemen konflik tentunya, kami orangtuanya punya kesempatan melihat bagaimana ananda menghadapi tantangan. Alhamdulillah teman main dari satu komunitas dengan value yang sama membuat kami lebih tenang.
Tak hanya tentang kakak, si calon adik pun menjadi perbincangan kami. Menuju dunia kedua memang cukup deg-degan, namun dengan banyak tawakal (dan ihtiar tentunya) semoga diberi kekuatan menjalankan amanah. Setelah mengikuti prenatal class dan periksa rutin terakhir, ayah ikut membantu mengingatkan PR bumil. Ada banyak rencana, list yang perlu dibeli, namun tentu saja prioritas perlu dibuat. Bulan ini masih belajar memperbaiki hubungan dengan Rabb yang memberi amanah ini. Meskipun si adik belum terlihat jenis kelaminnya, mempersiapkan doa dalam namanya juga penting. "Bunda pilih nama belakangnya: Wistara, ayah yang depan", kemudian kami pun tertawa.
Menceritakan tingkah polah ananda memang selalu menjadi menu bahagia kami. Alhamdulillah Allah berikan amanah bagi keluarga kami, sehingga kami dapat bertumbuh dan terus belajar.

Raise your child, raise your self.

#GriyaWistara
#26Februari2018
#Malang
#3y7m
#KelasPortofolioAnakbyGPA
#GriyaPortofolioAnak
#MengikatMaknaSepenuhCinta
#PekaAkanUnikAnak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...